Saturday, 27 May 2023

Gerakan dan Pemberdayaan dalam Program Menjaga Lingkungan Hidup Desa Mojopuro

Sumber : foto pribadi

Perubahan iklim yang terjadi secara tiba-tiba membuat para pemerhati lingkungan membentuk garda terdepan untuk bergerak dan berdaya dalam menjaga lingkungan hidup. Komunitas tersebut disebut dengan Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal/ Indigenous Peoples & Local Communities (IPLCs).

Tingkat kebersihan lingkungan yang semakin rendah, tentu akan berdampak buruk terhadap kekebalan tubuh. Kampanye tentang kebersihan lingkungan memang sering didengungkan, namun tidak akan ada artinya jika masyarakat kurang memperhatikan kondisi lingkungan sekitarnya.

Rendahnya tingkat kebersihan lingkungan sebagai akibat pencemaran udara yang dihasilkan dari kegiatan manusia yang masuk dan/ atau dimasukkannya ke dalam udara. Mencegah perubahan udara akibat emisi bukan hanya tanggungjawab komunitas tersebut saja, tapi juga kita semua sebagai penduduk bumi.

Upaya yang Dilakukan untuk Bergerak dan Berdaya Menjaga Lingkungan Hidup

Hari Lingkungan Hidup (HLH) sedunia diperingati tanggal 5 Juni setiap tahunnya. Peringatan tersebut dilakukan untuk meningkatkan kesadaran tentang perlindungan lingkungan hidup serta konservasi sumber daya alam.

Isu mengenai peningkatan industrialisasi yang keberlanjutan dan konservasi sumber daya alam menjadi semakin mendesak seiring dengan pertumbuhan populasi dunia. Hari Lingkungan Hidup Sedunia hadir untuk meningkatkan komitmen individu, organisasi maupun pemerintah dalam menciptakan dunia yang lebih bersih, sehat serta lestari.

Sebagai pemerintahan yang terdekat dengan masyarakat, pemerintah Desa Mojopuro menginisiasi adanya bank sampah untuk pengelolaan sampah yang ada di lingkungan masyarakat.

Membutuhkan kerjasama dari banyak pihak untuk mewujudkan kondisi lingkungan yang bersih dan sehat. Kesadaran tersebut bisa ditanamkan dari lingkungan keluarga, sebagai lingkup terkecil dalam masyarakat.

Seperti pengelolaan sampah di Desa Mojopuro yang terletak di Dusun Jengglong RT 31, lebih tepatnya berada di pinggiran dusun. Pengelola mengumpulkan sampah dari warga untuk kemudian dijual lagi kepada pengepul barang bekas. Kegiatan operasional tersebut dilakukan oleh pemerintah setempat yang dibantu beberapa warga.

Memang tidak mudah dalam menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah dengan baik. Setidaknya, pembentukan bank sampah masih mendapat sambutan hangat dari beberapa warga maupun instansi.

Sumber : foto pribadi

Ada banyak alasan yang dikemukakan warga yang tidak bersedia menggunakan jasa bank sampah, antara lain :

1.    Lokasi pekarangan yang rata-rata masih luas, sehingga masih bisa membuang sampah di pekarangan sendiri.

2.    Sampah rumah tangga bisa langsung dibakar tanpa harus membayar iuran per bulan, karena selama ini anggota bank sampah Desa Mojopuro diminta untuk membayar iuran Rp. 50.000,- per bulan.

3.    Tidak perlu repot memilah sampah organik dan anorganik.

4.    Masih banyak lahan kosong yang tidak memiliki penghuni yang bisa digunakan sebagai lahan pembuangan sampah.

5.    Sampah bisa dibuang kapan saja tanpa harus menunggu petugas datang.

Penanganan terhadap dampak emisi lingkungan tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat. Pemerintah harus bekerjasama dengan berbagai pihak, untuk melakukan sosialisasi terhadap pentingnya penanganan sampah yang baik.

Program pemberdayaan tersebut juga harus dilakukan secara terus menerus atau berkelanjutan. Selain itu kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan lingkungan juga memiliki peran yang sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.

Fakta dan Kondisi Terkini tentang Lingkungan Indonesia

Suhu bumi saat ini telah mengalami peningkatan sebesar 1.1 derajat celcius. Perubahan iklim ini juga sangat dirasakan masyarakat Indonesia, terutama pergeseran waktu antara musim hujan dan musim kemarau.

Sayangnya, kesadaran untuk pemeliharaan dan pelestarian lingkungan masyarakat masih sangat kurang. Jumlah hutan yang ada di Indonesia yang semakin sedikit, seiring dengan bertambahnya wilayah tambang dan perkebunan kelapa sawit.

Menurut data  Intergovernmental Platform on Biodiversity and Ecosystem Services (IPBES), Indonesia telah kehilangan 650 hektar hutan per tahun. Jumlah tersebut akan terus bertambah jika kesadaran masyarakat Indonesia terhadap pentingnya kelestarian alam masih kurang.

Sehingga bencana alam seperti tanah longsor, banjir, puting beliung dan kebakaran hutan sudah tidak dapat dihindari lagi. Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada tahun 2022 telah mencatat setidaknya ada 2.925 kejadian bencana alam di Indonesia.

Bahkan Sekjen PBB Antonio Guterres sudah memberikan peringatan kode merah pada umat manusia karena semakin bertambahnya emisi karbon dioksida. Apabila tidak ada perubahan terhadap aktivitas sehari-hari dalam penggunaan bahan bakar fosil, maka dimungkinkan dalam 20 tahun ke depan bencana akibat perubahan iklim tidak akan bisa dikendalikan lagi.

 Dampak Emisi Karbon pada Perubahan Iklim Terhadap Lingkungan

Emisi karbon menjadi penyebab utama perubahan iklim terhadap lingkungan bersama dengan emisi gas rumah kaca. Secara umum, dampak yang dapat dirasakan berupa peningkatan suhu bumi setiap tahunnya.

Dampak yang lebih besar lagi akan dirasakan akibat cuaca ekstrim tersebut adalah mencairnya es di kutub, meningkatnya permukaan laut, meningkatnya risiko kebakaran hutan, badai, kekeringan dan hujan lebat yang dapat mengakibatkan banjir.

Walaupun sebagian masyarakat masih kurang memiliki kesadaran tentang pentingnya pengelolaan sampah, pemerintah tidak tinggal diam begitu saja. Ada beberapa upaya yang dilakukan untuk melakukan gerakan dan pemberdayaan terhadap pentingnya pemeliharaan lingkungan, antara lain :

1.    Tidak Membuang Sampah Sembarangan

Hingga saat ini, sampah memang masih menjadi masalah besar bagi lingkungan. Apalagi masih banyak masyarakat yang belum membuang sampah pada tempatnya. Walaupun demikian, pemerintah Desa Mojopuro tetap menyiapkan tong sampah di beberapa tempat strategis.

Pemerintah menyediakan dua jenis tong sampah untuk membedakan sampah organik dan anorganik. Tong sampah tersebut dicat dengan warna mencolok yaitu hijau untuk sampah organik dan kuning untuk sampah anorganik.

2.    Mengurangi Kebiasaan Membakar Sampah

Kebiasaan membakar sampah memang sangat sulit untuk dihilangkan. Aktivitas membakar sampah memang tidak disarankan, karena hasil pembakaran sampah dapat melepaskan gas-gas yang dapat merusak lapisan ozon.

Seperti yang kita tahu, lapisan ozon dapat berfungsi untuk mengatur jumlah atau porsi sinar ultraviolet yang masuk ke permukaan bumi, sehingga tidak langsung mengenai permukaan bumi. Lapisan ozon juga dapat menyerap sinar ultraviolet, menjaga suhu bumi agar tetap stabil serta melindungi bumi dari benda-benda langit yang jatuh.

3.    Hemat Energi

Salah satu aktivitas yang bisa dilakukan dalam menghemat energi yaitu dengan mematikan listrik atau air jika tidak sedang digunakan atau telah selesai menggunakannya.

Penghematan terhadap energi juga bisa dilakukan dengan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor. Anda bisa berjalan kaki atau menggunakan sepeda untuk menempuh tempat tujuan yang dekat.

Tujuannya untuk mengurangi emisi yang dikeluarkan dari kendaraan Anda yang dapat mencemari udara. Selain itu, aktivitas fisik yang dilakukan secara rutin juga bermanfaat untuk kesehatan Anda.

4.    Memanfaatkan Produk Daur Ulang

Langkah berikutnya untuk mengurangi sampah, yaitu dengan membuat produk daur ulang dari sampah. Salah satunya dengan penggunaan kardus sebagai tempat penyimpanan.

Warga Desa Mojopuro memanfaatkan sampah plastik, kemudian diproduksi ulang untuk dijadikan tas belanja. Selain mengurangi sampah yang sulit diurai, aktivitas tersebut juga dapat meningkatkan nilai ekonomi sampah.

Sayangnya, aktivitas tersebut sudah tidak berjalan lagi. Saat ini, sampah yang sudah terkumpul di bank sampah akan dipisahkan sesuai kategorinya. Jika sudah mencapai jumlah tertentu, sampah akan dijual pada pengepul barang-barang bekas.

5.    Menanam Pohon

Program penanaman pohon biasanya dilakukan pemerintah desa dengan membagikan bibit-bibit pohon pada warga. Pohon-pohon tersebut akan ditanam di lingkungan rumah warga atau di sekitar area resapan air untuk mencegah terjadinya banjir.

6.    Mengurangi Sampah

Seperti yang kita tahu, produksi sampah rumah tangga masih sangat tinggi. Anda bisa membantu mengurangi timbunan sampah dengan mengurangi timbulnya sampah pada kegiatan sehari-hari.

Contohnya seperti pada bungkus makanan dan minuman, Anda bisa menghindari konsumsi makanan yang menggunakan pembungkus plastik. Kemudian menggantinya dengan tempat makanan yang bisa digunakan secara berulang-ulang.

Mengurangi penggunaan plastik untuk pembungkus belanjaan, juga bisa digunakan sebagai alternatif dalam mengurangi sampah lingkungan. Anda bisa menggantinya dengan tas kain yang dapat digunakan berkali-kali.

Tidak mengambil makanan secara berlebihan, sebaiknya Anda mengambil makanan secukupnya saja untuk menghindari makanan yang terbuang. Jika Anda mengambil makanan, pastikan Anda dapat menghabiskannya saat itu juga.

Sumber : foto pribadi

Tindakan Nyata Pemerintah Desa Mojopuro untuk Mewujudkan Bumi Berdaya dan Pulih Lebih Cepat

Sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan, pemerintah Desa Mojopuro melakukan penanganan sampah rumah tangga untuk mengurangi dampak emisi karbon. Pengelolaannya masih terbatas karena belum tersedia mesin pengolah sampah. Namun, setidaknya sudah ada inisiasi terkait pengolahan sampah rumah tangga dan instansi yang ada di Desa Mojopuro.

Menurut perangkat Desa Mojopuro yang bertanggungjawab atas pengolahan sampah, Heru Sumargono, “Sekarang ini misi utama bank sampah bertujuan untuk mengurangi sampah yang ada di wilayah Mojopuro dan sekitarnya. Keterbatasan dana untuk pengadaan mesin pengolah sampah masih belum tercukupi, jadi sementara sampah yang sudah tidak bisa diolah akan dimusnahkan, sedangkan sampah plastik dan botol akan dijual kembali.”

Tidak hanya warga setempat saja yang sudah berpartisipasi dengan adanya bank sampah tersebut. Beberapa instansi di wilayah Kecamatan Sumberlawang juga sudah bekerjasama dengan bank sampah Resik Minulyo.

Heru menuturkan, “Sekarang ini, kita sudah bekerjasama dengan SMPN 1 Sumberlawang, Apotek Mahardika, PAUD Ngandul, Kantor P&K serta beberapa warga Mojopuro dan sekitarnya.”

Pemerintah Desa Mojopuro menyediakan dua jenis tong sampah untuk memisahkan pembuangan sampah organik dan anorganik. Penyediaan tong sampah tersebut merupakan hasil kerjasama dengan KKN mahasiswa UNS.

Kebijakan yang Bertujuan untuk Mengurangi Mitigasi Risiko Perubahan Iklim

Semakin meluapnya sampah yang dihasilkan rumah tangga menimbulkan keprihatinan tersendiri. Pemerintah Desa Mojopuro memang sudah melakukan penanganan dengan baik, namun dampak positif akan semakin terasa jika proses tersebut dilanjutkan dengan pengolahan sampah hingga memiliki nilai ekonomi.

Selain menjaga lingkungan dari timbunan sampah yang merugikan kesehatan, pengelolaan sampah hingga bernilai ekonomi juga dapat menyerap tenaga kerja dari warga sekitar.

Tentu tidak mudah untuk membuat kebijakan yang tidak berat sebelah atau memihak salah satu kepentingan saja. Jika saya mendapatkan kesempatan untuk ikut membuat kebijakan yang bertujuan untuk mengurangi mitigasi risiko perubahan iklim untuk wilayah Desa Mojopuro, saya akan membuat beberapa kebijakan, antara lain :

1.  Pengusaha wajib membuat pengelolaan sampah secara mandiri. Tujuannya, agar sampah yang dihasilkan pabrik tidak mencemari lingkungan sekitar serta mengurangi timbulnya emisi karbon.

2.   Lokasi pabrik harus jauh dari dari pemukiman warga. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi risiko pencemaran lingkungan dan emisi karbon secara langsung.

3.    Menetapkan car free day pada hari tertentu. Walaupun pemberlakuan car free day hanya satu hari, setidaknya dapat mengurangi adanya emisi karbon yang diakibatkan aktivitas manusia.

4.   Membatasi penggunaan plastik dengan meminta pusat perbelanjaan untuk menyediakan tas kain untuk kantong belanjaan pembeli.

5.   Bekerjasama dengan Dinas Perhubungan untuk menyediakan bus sekolah, tujuannya untuk mengurangi tingginya emisi karbon. Selain itu, langkah tersebut juga dapat mengurangi penggunaan bahan bakar yang berlebihan.

Penanganan masalah lingkungan tidak dapat diserahkan sepenuhnya pada pemerintah. Masyarakat harus saling bergandengan tangan serta memiliki kesadaran tinggi untuk menciptakan lingkungan yang sehat. Sehingga bumi tetap menjadi tempat tinggal yang nyaman dan aman.

Mari lakukan gerakan serta wujudkan pemberdayaan lingkungan dengan #BersamaBergerakBerdaya #UntukmuBumiku demi menyelamatkan bumi dari kerusakan lingkungan yang lebih buruk.

Cara memulainya sangat mudah, saya dapat melakukannya dari ruang lingkup terkecil dulu. Kurangi jumlah sampah yang saya hasilkan dari aktivitas sehari-hari, lalu mengelolanya dengan baik untuk mengurangi timbulnya pencemaran. “Kalau #BersamaBergerakBerdaya versi kalian apa nih? Boleh dong tulis di kolom komentar ya!”


Sumber data :  https://www.walhi.or.id/kondisi-lingkungan-hidup-di-indonesia-di-tengah-isu-pemanasan-global


No comments:

Post a Comment

Rekomendasi Dompet Wanita Terbaik, Premium dan Fashionable

  Foto : freepik Dompet merupakan salah satu aksesoris penting bagi wanita. Tidak hanya berfungsi untuk menyimpan uang, kartu, dan barang be...