Saturday 27 July 2019

🍒 MENGHIJRAHKAN MULUT YUK! 🍒



Godaan orang yang sedang berhijrah itu memang luar biasa ya Mak?😀

Mulai dari niat saja sudah melakukan banyak perenungan. Proses untuk keluar dari kebiasaan yang tidak sesuai dengan ajaran agama tentunya juga nggak mudah. Belum lagi harus menghadapi nyinyiran yang sepertinya nggak pernah ada habisnya.

Sudah berusaha lebih baik tapi orang lain masih saja menemukan celah untuk mencecar dan mencari keburukannya.

Baru aja pake hijab udah di nyinyirin, "Emang betah pake kerudung?"
"Percuma juga pake jilbab kalo kelakuan masih pecicilan."
"Kok nggak ada bedanya ya, udah berjilbab tapi tingkahnya masih gitu aja."

Nggak jarang ya, mulut sesama perempuan itu bisa sepedas cabe level langit. Seolah empati sudah menjadi barang mahal.

Kenapa sih nggak dirangkul aja biar semangat istiqomah? Kita nggak pernah tahu perjuangannya seperti apa untuk bertahan menjaga ketaatannya.

Kalo kita mau, sebenarnya bisa saja kita menggandeng mereka agar lebih kuat dalam  menjaga akidah. Bukan malah bersikap seperti salah satu pemegang tiket ke surga.

Selalu ada perjuangan Mak dalam meraih sesuatu yang lebih mulia. Dengan pencapaian yang kita miliki saat ini, bukan berarti kita bisa menjudge apa saja terhadap orang lain.

Kita juga tidak bisa mengatas namakan kepedihan yang pernah kita rasakan di masa lalu untuk menghakimi orang lain begitu saja. Kita tidak akan bisa mengobati hati kita sendiri dengan melukai hati orang lain.

Daya tahan seseorang tidak bisa disamakan dengan orang lain, Mak. Mungkin orang lain tidak bisa sekuat Emak karena Allah memang menciptakan hanya sebatas itu kekuatannya. Bisa juga orang yang kita pandang itu sedang berada dititik terendah dan sudah merasa lelah dengan perjuangan panjangnya.

Kita tidak akan pernah tahu sampai kita bisa melihat dengan mata kepala sendiri disertai dengan empati.

Kalo pun ada orang yang sudah berjilbab tapi masih melakukan hal-hal yang kita anggap kurang pantas, anggap saja dia sedang berproses. Kita cukup melihat pada diri sendiri sebagai koreksi, kemudian memberi contoh dengan sikap yang lebih baik.

Tidak ada yang instan Mak, mungkin kalo dulu kita bisa melakukannya dengan mudah karena mendapat dukungan dari lingkungan. Lalu bagaimana dengan mereka yang tidak seberuntung kita? Mungkin sudah banyak sekali yang mereka korbankan sampai di titik ini.

Menilai orang lain untuk melihat ke dalam diri sendiri lebih penting Mak daripada mencecarnya dengan suara pedas. Tidak ada sedikit pun yang bisa menjamin bahwa kita akan lebih baik dari mereka.

Mak, hidup kita terlalu singkat untuk dihabiskan dengan mengurusi kehidupan orang lain. Jangan habiskan waktu kita untuk hal yang sia-sia.


#TheGreatMuslimah
#Gieska

No comments:

Post a Comment

10 Tips Program Hamil Secara Alami Agar Cepat Hamil

Picture by Pexels-leah-newhouse   Umumnya, promil atau program hamil yang dilakukan pasangan suami istri dilakukan untuk memperbesar peluang...