Sunday, 28 July 2019

πŸ’ Medsos itu Racun πŸ’



Zaman sekarang masih ada nggak sih Mak yang beranggapan medsos itu bikin malas? Bahkan ada juga yang beranggapan kalo medsos itu seperti racun. Sekalinya kita masuk kita akan sulit keluar.πŸ˜‚

Anggapan ini nggak sepenuhnya salah, tapi nggak 100% benar juga. Ada juga kok sisi positifnya medsos buat Mak emak.

Sekarang era digital sudah semakin maju, anak-anak sekolah pun manfaatkan fasilitas medsos sebagai sarana komunikasi dengan wali murid. Udah nggak zamannya lagi pemberitahuan ke wali murid pake undangan.

Anak saya yang masih TK aja kemarin juga gitu. Mesti untuk resminya masih menggunakan undangan, tapi pemberitahuan awal sudah melalui grup WA. Nggak mungkin kan ya kita nggak update perkembangan anak di sekolah cuma gegara nggak bisa pake WA?

Medsos juga bisa dimanfaatkan untuk mendulang rupiah Mak. Sekarang ini banyak emak berdaster dengan penghasilan jutaan hanya dengan berbisnis menggunakan medsos. Selain mereka merawat anak-anak dan rumah, emak militan ini juga masih bisa membantu menambah penghasilan suami.

Tidak hanya itu, sekarang ini juga banyak sekali orang yang meniti karir melalui medsos. Penulis, youtuber, blogger dan masih banyak lagi tak luput dari medsos untuk menapaki tangga kesuksesannya.

Kalo pun ada sisi negatifnya, nggak perlu kita ikutin kan Mak? Berselancar di medsos ya seperlunya saja, sesuai tujuan kita Mak. Nggak perlu kepo sama kehidupan orang lain apalagi ngabisin waktu buat stalking kehidupan orang yang suka nyinyirin kita.

Sekalinya kita masuk, kita bisa kehabisan waktu dan lupa dengan tujuan awal. Medsos bukannya membuat kita sukses tapi malah membuat kita lupa masak.πŸ˜€

Apalagi kalo sudah mulai beradu gengsi, nggak akan ada habisnya Mak. Adu gengsi sudah tidah hanya di dalam perkumpulan Emak tapi sudah beralih di medsos.

Capek Mak, nggak akan ada habisnya. Emak hanya akan lelah hati dan hayati saja. Mending dipake buat yang lain yang lebih bermanfaat, syukur-syukur bisa datengin duit.πŸ˜‚

Sebagai Muslimah Milenial kita juga perlu mengikuti perkembangan digital Mak, nggak bisa menutup mata begitu saja. Memanfaatkan medsos dengan sebaik-baiknya sebagai fasilitas dan meninggalkannya jika ada kemudharatan didalamnya.

#TheGreatMuslimah
#Gieska

Saturday, 27 July 2019

πŸ’ MENGHIJRAHKAN MULUT YUK! πŸ’



Godaan orang yang sedang berhijrah itu memang luar biasa ya Mak?πŸ˜€

Mulai dari niat saja sudah melakukan banyak perenungan. Proses untuk keluar dari kebiasaan yang tidak sesuai dengan ajaran agama tentunya juga nggak mudah. Belum lagi harus menghadapi nyinyiran yang sepertinya nggak pernah ada habisnya.

Sudah berusaha lebih baik tapi orang lain masih saja menemukan celah untuk mencecar dan mencari keburukannya.

Baru aja pake hijab udah di nyinyirin, "Emang betah pake kerudung?"
"Percuma juga pake jilbab kalo kelakuan masih pecicilan."
"Kok nggak ada bedanya ya, udah berjilbab tapi tingkahnya masih gitu aja."

Nggak jarang ya, mulut sesama perempuan itu bisa sepedas cabe level langit. Seolah empati sudah menjadi barang mahal.

Kenapa sih nggak dirangkul aja biar semangat istiqomah? Kita nggak pernah tahu perjuangannya seperti apa untuk bertahan menjaga ketaatannya.

Kalo kita mau, sebenarnya bisa saja kita menggandeng mereka agar lebih kuat dalam  menjaga akidah. Bukan malah bersikap seperti salah satu pemegang tiket ke surga.

Selalu ada perjuangan Mak dalam meraih sesuatu yang lebih mulia. Dengan pencapaian yang kita miliki saat ini, bukan berarti kita bisa menjudge apa saja terhadap orang lain.

Kita juga tidak bisa mengatas namakan kepedihan yang pernah kita rasakan di masa lalu untuk menghakimi orang lain begitu saja. Kita tidak akan bisa mengobati hati kita sendiri dengan melukai hati orang lain.

Daya tahan seseorang tidak bisa disamakan dengan orang lain, Mak. Mungkin orang lain tidak bisa sekuat Emak karena Allah memang menciptakan hanya sebatas itu kekuatannya. Bisa juga orang yang kita pandang itu sedang berada dititik terendah dan sudah merasa lelah dengan perjuangan panjangnya.

Kita tidak akan pernah tahu sampai kita bisa melihat dengan mata kepala sendiri disertai dengan empati.

Kalo pun ada orang yang sudah berjilbab tapi masih melakukan hal-hal yang kita anggap kurang pantas, anggap saja dia sedang berproses. Kita cukup melihat pada diri sendiri sebagai koreksi, kemudian memberi contoh dengan sikap yang lebih baik.

Tidak ada yang instan Mak, mungkin kalo dulu kita bisa melakukannya dengan mudah karena mendapat dukungan dari lingkungan. Lalu bagaimana dengan mereka yang tidak seberuntung kita? Mungkin sudah banyak sekali yang mereka korbankan sampai di titik ini.

Menilai orang lain untuk melihat ke dalam diri sendiri lebih penting Mak daripada mencecarnya dengan suara pedas. Tidak ada sedikit pun yang bisa menjamin bahwa kita akan lebih baik dari mereka.

Mak, hidup kita terlalu singkat untuk dihabiskan dengan mengurusi kehidupan orang lain. Jangan habiskan waktu kita untuk hal yang sia-sia.


#TheGreatMuslimah
#Gieska

Friday, 26 July 2019

πŸ’ Pasanganku, Masa Depanku πŸ’



πŸ’Pasanganku Masa DepankuπŸ’

Dulu, sebelum menikah pernah nggak sih membuat kriteria pasangan? Pengen punya pasangan seperti ini, seperti itu atau bahkan bikin target harus punya pasangan yang sudah punya A B C D.

Wajar sih ya, karena pasangan akan menentukan seperti apa kelak kehidupan kita. Pasangan kita adalah gambaran seperti apa masa depan kita kemudian. Pasangan juga akan menentukan seperti apa hari tua yang akan kita jalani nantinya.

Bahkan saya pernah baca kalo memilih pasangan sama seperti menentukan kemana arah hidup kita nantinya, surga atau neraka.

Nggak heran jika tidak sedikit orang yang lebih memilih sendiri atau jomblo sebelum menemukan pasangan yang sesuai dengan keinginannya. Karena pilihannya akan menentukan kehidupan yang akan dijalaninya kelak, bisa jadi separuh dari sisa umurnya.

Salah dalam memilih pasangan bisa jadi akan membuat hidupnya lebih buruk dari saat dia masih sendiri. Karena ketika memutuskan untuk memiliki pasangan, ada yang harus rela melepaskan semua impiannya. Ada lingkungan yang ditinggalkan, bahkan wanita rela melepaskan diri dari keluarga demi kewajibannya mengabdi pada pasangan.

Tidak semua orang merasa beruntung karena pasangannya kurang perhatian, padahal dia kaya.

Tidak semua orang  merasa bahagia punya pasangan berjabatan tinggi karena tidak pernah punya waktu untuk berdua.

Ada yang lebih suka pasangannya melepas pekerjaan di perusahaan ternama dan bekerja di rumah agar bisa selalu shalat berjamaah.

Ada yang terus bertahan dengan pasangannya yang tidak sempurna karena memang ingin mengabdi pada cintanya.

Mereka lebih memilih merasakan nyaman dari pada mendapatkan segala sesuatu yang terlihat indah secara duniawi. Sikap terhadap pasangan lebih penting daripada semua yang dimilikinya.

Mereka tidak ingin hatinya mati bersamaan dengan matinya hubungan dengan pasangannya. Siapapun tidak menginginkan kehidupan rumah tangganya terlihat baik-baik saja tapi sebenarnya hatinya kering.

Ada yang rela melepaskan apa yang dimiliki demi menjaga hubungan baik dan komunikasinya dengan pasangan. Baginya keindahan pasangan yang hanya tampak dari luar semakin lama bisa membuat jiwanya mati.

Bisa jadi kriteria yang dari awal sudah disusun akan berubah total setelah menemukan orang yang bisa membuat nyaman, dan bisa diajak tumbuh bersama demi membangun masa depan.

Mereka saling me-recharge hati setiap saat agar cintanya semakin menyala. Mereka saling membantu me-recharge iman agar selalu berjalan dalam korodor pernikahan.

Rela melepaskan ego masing-masing. Tidak ada lagi aku atau kamu tapi hanya kita atau keluarga kita.

Kehidupan rumah tangga tidak ada yang sederhana, pelik dan bisa berubah seperti benang kusut jika kita tidak segera mengurai masalah yang sedang dihadapin. Meskipun kecil jika diendapkan hanya akan menjadi bom yang tinggal menunggu waktu untuk meledak.

Tidak hanya perceraian yang perlu dihindari, kehidupan rumah tangga yang terlihat baik-baik saja tapi punya hubungan yang mati pasti jauh lebih menyakitkan.

Sesimpel ini alasan saya ikut ambil bagian dalam penulisan buku The Great Muslimah. Kisah kecil yang saya tuliskan semoga bisa memberikan manfaat untuk orang lain.

#TheGreatMuslimah
#Gieska

Monday, 22 July 2019

πŸ’ MAMAK PUN BISA TANTRUM πŸ’




Tahu nggak sih Pak, kalo nggak dijaga baik-baik istrimu juga bisa tantrum?

Kalo kaum adam sudah capek dengan rutinitas setiap hari bisa kongkow atau nge-game seharian saat libur, hal ini tidak akan berlaku untuk para emak.

Bayangin aja, emak bisa bangun duluan sebelum matahari melek dan menyiapkan keperluan seluruh anggota keluarga untuk satu hari sementara anggota keluarga lain masih terlelap.

Aktivitasnya pun masih berlanjut dengan beberes rumah setelah anak berangkat sekolah dan suami kerja. Kalo udah riweh begitu, nggak kerasa udah saatnya jadi macan ternak yang harus stand by di sekolah untuk jemput anak.

Apalagi kalo anak-anak masih kecil ya Mak? Nggak bakalan tega deh dilepas sendiri. Sampai di rumah aktivitas akan berulang lagi, melayani anak dengan segala kerempongannya. Anak yang minta eek-lah, anak minta ditemani belajar, anak yang minta dibeliin sesuatu, ditambah lagi kalo bapaknya pulang minta disiapin atau diambilin ini itu.

Lelah Mak? 

Saya yakin pasti lelah, karena saya juga merasakan hal yang sama. Kalo malam tiba tenaga terasa sudah habis.

Perempuan juga manusia, bukan mesin yang bisa distel otomatis kemudian bisa gerak sendiri seperti apa yang kita mau.

Perempuan bukan robot yang bisa disuruh-suruh kemana pun kita mau.

Inilah alasannya kenapa meski IRT juga butuh ME TIME! 

Suami atau anak bisa minta apa aja atau nyuruh apa aja sama emak tapi sempatkan diri untuk menikmati Me Time. Nggak perlu lama sih Mak, kalo saya 30 menit tidur siang aja cukup untuk mengobati lelah seharian.

Ingat Mak kita manusia, Me Time ini salah satu cara kita untuk menghargai diri sendiri. Jangan karena alasan kewajiban kita jadi memaksa raga dan pikiran untuk bekerja sepanjang waktu.

Emak bisa melakukan apa yang saja yang menjadi hobi. Tidak hanya itu, bisa memanfaatkan waktu untuk hal positif yang berguna bagi diri emak juga sebagai wujud rasa syukur atas anugerah Tuhan yang diberikan pada diri emak.

Apa yang terjadi kalo emak kerja seharian tanpa istirahat? Bisa jadi ada konser musik dadakan di dapur. 

Perempuan lebih mudah darah tinggi karena kelelahan. Disadari atau tidak emak yang sering tantrum ini akan berpengaruh juga pada kondisi psikologis anak. Emak nggak mau kan ya membesarkan anak dengan tarik urat setiap hari? Emak bakal cepet capek, asli. Sering marah akan lebih mudah lelah hayati.

Begitu juga ke pasangan, emak nggak perlu sungkan menceritakan apa saja yang ada di kepala ke suami. Emak nggak perlu takut mengungkapkan pikiran pada suami.

Bukankah suami satu-satunya orang yang bisa menerima semua kelebihan dan kekurangan kita? Kalo bukan ke suami emak mau menceritakan uneg-uneg ke siapa? Ingat Mak, menjaga kewarasan emak itu sangat penting untuk stabilitas keluarga.☺

Untuk para bapak, tolong didengarkan kalo istrinya sedang ngomel. Pak, perempuan itu mulutnya kuat loh. Istri bapak bisa mengeluarkan 40.000 kata setiap hari, sedangkan kapasitas telinga bapak hanya mampu mendengar sebanyak 28.000 kata per hari. Itu sudah dari sononya Pak, Bapak nggak bisa mengurangi atau menahannya. Siapin aja deh Pak telinganya buat istri tercinta, perngorbanannya untuk keluarga tak kalah banyak dengan bapak.

#TheGreatMuslimah
#Gieska
#MeTime

Rekomendasi Dompet Wanita Terbaik, Premium dan Fashionable

  Foto : freepik Dompet merupakan salah satu aksesoris penting bagi wanita. Tidak hanya berfungsi untuk menyimpan uang, kartu, dan barang be...