Thursday 22 June 2017

Hidup yang Sempurna

Tidak adakah hal yang lebih penting dari perbuatan mencaci dan membuka aib orang lain? Kenapa sepertinya hidup orang lain menjadi lebih menarik untuk dibicarakan daripada mengurusi hidup sendiri. Coba lihat lebih dalam pada diri sendiri... Apakah sudah lebih baik daripada orang yang dibicarakan selama ini? Tidak ada yang benar-benar sempurna di dunia ini. Karena kesempurnaan hanyalah milikNya. Allah menciptakan umat dengan segala kelebihan dan kekurangannya...kebaikan dan keburukannya. Semua saling melengkapi... Jadi kenapa harus digunjingkan? Semua itu mempunyai tujuan dan hanya Allah-lah yang Maha Mengetahui apa yang sedang direncanakanNya dibalik semua itu. Karena tidak ada satu pun yang berjalan diluar kendaliNya. Di dalam ajaran agama manapun pasti diajarkan tentang betapa besarnya kuasa Tuhan. Masih mau protes? Bisa saja saat itu orang yang sedang digunjingkan sedang makan enak atau tidur nyenyak. Jadi yang rugi siapa? Meracuni diri sendiri dengan pikiran negatif terhadap orang lain. Atau pernah mengalami luka hati yang parah sampai bernanah sehingga lidah perlu melontarkan ucapan setajam sayatan sembilu. Dulu sewaktu masih sekolah ada mata pelajaran Pendidikan Moral yang mengajarkan tentang bagaimana bertoleransi dan saling menghargai. Tapi kenapa semua itu tidak benar-benar diterapkan? Kenapa tidak bisa melihat ke diri sendiri, hal positif apa yang bisa dikembangkan dan bisa memberi manfaat? Mungkin saat ini Tuhan sedang menutup aib kita dengan segala kesempurnaan yang bisa dilihat. Atau juga Tuhan sedang menguji kita sengan segala kesenangan. Tapi kalo Tuhan sudah berubah pikiran dengan membalikkan semua keadaan kita, masih mau protes juga?

Saturday 17 June 2017

Gulana

Seluruh urat nadiku berkecamuk Merobek setiap sudut sel tubuhku Lirih getir menyayat hati Mendobrak setiap batas kemampuanku Oh aku hampir gila dengan sebuah rasa yang menikam setiap desah nafasku ini. Ingin sekali ku terabas semua batas waktu yang menjadi dinding tebal antara kita. Entah sampai kapan bisa kusimpan rapat rasa yang setiap saat bisa menghujam, membunuh setiap detik dengan kejam. Aarrgghh...ingin kuculik, kusimpan diam di sudut hatiku yang terdalam. Kudekap erat, tak seorang pun boleh melihat. Kamu akan tetap menjadi milikku sampai kapan pun itu. Solo, 22.02.2017

Friday 16 June 2017

Geram

Kau tahu? Ingin kubenamkan setiap noktah tentangmu. Setiap sel nyawamu menyayatku. Tajamnya lidahmu menggores setiap urat segar tubuhku. Kau tahu? Ingin kulumat setiap gumpalan darahmu. Kubiarkan hancur sampai lebur. Kubunuh setiap jengkal akal busukmu yang membatu. Dan kau tahu? Kini kau tak lebih dari seonggok daging renta tak berdaya. Keagungan atoma fanamu pudar tak bersisa. Tak kan kukotori astaku dengan menyentuhmu. Solo, 22.02.2017

Gamang

Kutatap nanar lekuk tulang rahangmu Lukisan wajah memenuhi akal warasku Semburat senyum penghias roman muka Perlahan siluet itu merenggang Kabur terbawa hembusan bayu Meninggalkanku kelu sendiri terpaku Sanggupkan diri ini menghiasi hari Tanpa hati terisi Lemah ragaku bak daging tak bertulang Terhempas di padang ilalang tak bertuan Akankah setitik asa akan tiba lagi? Aku tak kuasa lagi begini Solo, 22.02.2017

Nyandhing Sliramu

Manunggaling Jiwa Reseping lathi Kajumput seka luhuring budhi Bobot, bibit lan bébét Pinilih kudu kanti tetes, titis lan tétés Amarga kanggo bebarengan ngukup donya Mikul dhuwur mendhem jero Sesandingan selawasé Nglengkapi kaluwihan lan kekirangan sisihan Bebrayan, sesarengan angrumat bibit ingkang saé Ingkang saget njunjung bapa biyungé Damel gegondelan wonten donya dumugi akhirat Gieska Sala, 24 Februari 2017

Thursday 15 June 2017

Cinta Disudut Hati

Hei...junjunganku Bak manusia kaku Tak sedikit pun kau ucap rindu Lenyap sudah romansamu Ikat aku dengan gamang Leburkan setiap sel mengungkung nadi Ah inilah aku, akan terus membelaimu Dengan segenap wangi tubuhku • Hei...pedusiku Moleknya tubuhmu menggantung rindu Luhurnya budi menumpulkan nalar Manisnya senyum mengunci hati Bukan sekedar onggokan daging resi Isi otakmu kumpulan senyawa menelan fana Ah inilah aku, akan terus mengikatmu Dengan segenap kerasnya ragaku Gieska Solo, 24 Februari 2017

Monday 12 June 2017

Demi Ayahmu

Bercak merah masih menempel di sudut bibirmu. Sedikit perih, diusapnya darah itu. Bau anyir menusuk hidungmu. Tampak di kaca rias, pipi yang kini lebam karena tamparan ayahmu masih terasa panas. Sudut mata kirimu sedikit bengkak. Pukulan itu keras sekali sampai kepalamu pusing. Buliran panas masih mengalir di kedua pipimu. Kau dekap kedua kakimu diatas kursi yang rapat dengan jendela. Sisi kiri wajahmu memang sakit akibat tamparan itu. Tapi hatimu lebih sakit, bahkan hancur. Kamu memandang ke luar jendela. Apa yang telah kau lihat, tak banyak membantu meredam hati dan pikiranmu. Baru kali ini kau sangat kecewa dengan ayahmu. Sejak ibumu meninggal, sikap ayahmu berubah. Kau tak merasakan kelembutan lagi. Kau merasa dibenci orang yang telah membesarkanmu selama ini. Disaat seperti ini, kau sangat ingin merasakan kehadiran ibumu. Dulu sewaktu ibumu masih hidup, kau berkelimpahan kasih sayang. Kelembutan tutur kata dan sikap dirasakan dari kedua orang tuamu. Kau anak tunggal dari seorang pengusaha furniture. Usaha ayahmu yang besar sampai menjangkau pasar luar negeri. Kaulah satu-satunya yang akan menjadi pewaris usaha ini. Berbagai macam ilmu bisnis sudah dijejalkan ke dalam otakmu. Hatimu selalu berontak, karena kau merasa ini bukan passionmu. Kau hanya ingin menjadi pelukis, meski dianugerahi otak yang encer. Harapan yang diberikan padamu terlalu tinggi. Kau tak yakin bisa menjalankan amanah itu dengan baik. Demi memenuhi keinginan ayahmu, dia rela kuliah manajemen bisnis di Australia. Bangku kuliah yang sama sekali tak bisa kau nikmati. Semua ini dia lakukan agar ayahnya tidak kecewa. Kuliah selesai tepat waktu tak cukup menjadikanmu kebanggaan di depan ayahmu. Inilah pertama kalinya kau mengungkapkan isi hatimu dan tamparanlah yang kau dapatkan. Biasanya disaat seperti ini, ibumulah yang menjadi pelindung sekaligus penenangnya. Tapi kini semua berubah, ketiadaan ibu membuat emosi ayah semakin sulit dikontrol. Sehari semalam kau tidak keluar kamar sejak ditampar ayahmu. Luka hatimu cukup dalam, ingin rasanya kau pergi dari rumah ini. Tapi mengingat hanya ayah, satu-satunya keluarga yang kau miliki saat ini maka niat itu kau urungkan. 'Apa yang akan terjadi pada ayah, kalau kau pergi dari rumah?' pikirmu. Serangan jantung bisa menghampiri ayahmu lagi jika kau jadi pergi. Kau menuju ke kamar mandi dengan malas. Hati dan pikiran yang begitu berat. 'Ini untuk masa depanmu, Rena.' Berulang kali kalimat itu mendengung di telingamu. 'Masa depan seperti apa? Apakah kau tidak berhak memilih masa depanku sendiri?' batinmu. Setelah selesai membersihkan diri, kau mulai melangkah keluar kamar. Ruangan tempatmu mengurung diri dari tatapan tajam ayahmu. Kau lihat ayahmu sedang duduk di meja makan. Sekilas dia melihat, mata ayahmu memicing melihat kedatanganmu. Kau melihat ayahmu semakin bertambah tua sekarang. Tubuh ayahmu yang dulu tegap kini lebih kurus semenjak ditinggal ibu. Wajah ayahmu masih terlihat mengeras. Perlahan kau duduk mendekati ayahmu yang masih sibuk menghabiskan makanan, kau tatap wajah ayahmu yang terlihat acuh atas keberadaanmu. "Ayah, aku minta maaf atas kejadian kemarin. Aku...bersedia mengikuti kemauan ayah, tapi dengan satu syarat." Kau ucapkan kalimat itu dengan hati-hati. Kau melihat ayahmu berhenti mengunyah makanan di mulutnya. "Aku mau, Ayah tidak melarangku lagi melukis." "Ya, Ayah tidak akan melarangmu lagi. Sekarang makanlah. Ayah mau ke kamar dulu." Kau cukup lega dengan jawaban ayahmu. Tapi kau merasa ada yang tidak wajar dengan ayahmu. Kau tatap ayahmu yang melangkah menuju kamar. Seperti ada yang ditutupi ayahmu. Kau ikuti langkah kaki ayahmu perlahan. Kau dapati ayahmu sedang menangis dan mendekap foto ibumu. Celah pintu kamar ayahmu yang tidak terkunci cukup untuk melihat apa yang sedang dilakukan ayahmu di dalam kamar. Kau membuka pintu kamar dan memeluk ayahmu dari belakang. "Maafkan Rena, Ayah...Maafkan Rena."

Cara Alami Menjaga Kesehatan Kuku

Bagi wanita menjaga kesehatan dan kecantikan kuku juga sangat penting. Kuku yang cantik dan mengkilat bisa menggambarkan kebersihan dan kondisi kesehatan seseorang. Jika tidak dirawat dengan baik kuku akan rapuh dan mudah patah, terutama untuk kuku yang panjang atau sering diberi kutek. Terlalu sering menggunakan kutek akan membuat kuku tidak bisa bernapas. Sebaiknya kuku berkutek diberi waktu untuk bernapas kurang lebih satu minggu dalam sebulan.

Perawatan kuku ini bisa berupa menjaga kebersihan dan kelembaban kuku serta kutikula. Sebaiknya kita tidak perlu terlalu sering ke salon untuk melakukan perawatan kuku. Kenapa? Jika kita terlalu sering melakukan manicure di salon maka kuku kita akan sering terpapar bahan kimia. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab kuku menjadi semakin rapuh dan mudah patah.

Ada beberapa perawatan alami yang lebih murah jika dibandingkan dengan perawatan kuku di salon. Rendam kuku ke dalam air hangat yang diberi minyak zaitun selama 15 atau 20 menit. Ini dilakukan untuk menjaga kelembaban kuku. Setelah itu, kita bisa juga membersihkan kutikula. Saat kita membersihkan kutikula sebaiknya tidak dilakukan dengan mendorong maupun mengupas. Kutikula yang rusak cenderung bisa menyebabkan terkena infeksi. Penyebab dari infeksi bisa berupa bakteri atau jamur yang masuk antara kuku dan bantalan kulit.

Penggunaan cairan yang mengandung aseton pada saat membersihkan kutek juga bisa berakibat rusaknya kuku. Kadar aseton yang terkandung pada pembersih kuku bisa membuat kuku semakin mudah rusak. Cara lain untuk mendapatkan kuku yang cantik bisa juga dilakukan dengan mengampelas kuku. Jika hal ini dilakukan secara terus menerus maka kuku bisa mengalami keretakan, baik retak kecil maupun retak permanen.

Pertumbuhan kuku jari tangan bisa empat kali lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan kuku kaki, yaitu 0,5-1,5 mm per minggu. Perawatan kuku secara alami bisa dijadikan sebagai pilihan, selain bahan yang digunakan sangat mudah di dapatkan juga tidak mempunyai efek samping. Beberapa cara perawatan kuku secara alami adalah sebagai berikut :

1. Belimbing wuluh, bisa digunakan untuk membersihkan kotoran yang terdapat diantara kuku dan kulit luar. Caranya dengan mengoleskan potongan belimbing wuluh pada kuku, setelah dibilas dengan air bersih.

2. Lidah buaya, oleskan secara merata pada kuku dan rutin untuk mendapatkan kuku yang cantik dan bening.

3. Getah pepaya bagus sekali digunakan untuk menjaga
kulit luar kuku agar tidak mudah pecah dan mengelupas.

4. Jeruk lemon, digunakan untuk mengembalikan warna kuku yang kuning. Siapkan satu sendok perasan jeruk lemon, campur sampai rata dengan pasta gigi (disarankan menggunakan pasta gigi yang berfungsi untuk memutihkan gigi). Oleskan pada kuku sampai rata. Tunggu hingga kering kemudian bilas dengan air hangat. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal bisa dilakukan secara teratur sekali dalam satu minggu.

5. Bawang putih berfungsi untuk menguatkan kuku. Caranya cukup mudah, parut bawang putih sampai halus kemudian oleskan pada kuku. Tunggu beberapa menit, kemudian bersihkan dengan air. Bisa juga dilakukan dengan menggosokkan bawang putih langsung pada kuku, lakukan secara rutin untuk mendapatkan kuku yang semakin kuat dan tidak rapuh.

6. Campuran madu, telur dan minyak zaitun, bisa berfungsi untuk melembabkan dan melembutkan kuku.

Tips ini bisa dilakukan jika kita mempunyai kuku yang kering dan kurang nutrisi. Caranya, campurkan dua sendok makan madu dan minyak zaitun dalam panci. Panaskan dan aduk sampai rata, siapkan kocokan telur. Campurkan adonan madu dan minyak zaitun ke dalam kocokan telur, oleskan pada kuku. Tunggu 10-15 menit kemudian bersihkan dengan air.

Sunday 11 June 2017

Dari Tangan Kekarmu

Tangan kepalmubtanda keteguhan hatimu. Aroma peluh menyengat erat sampai sekarat. Banyaknya kerutan menggores hingga nanar menggelepar. Walau penuh kesusahan pantang menengadah tangan. Walau payah kau 'tak kan menyerah, merangkap darma buya. Harimu selalu panjang... Kau suguhkan kesempurnaan dari setiap detik ketidak sempurnaanmu. Mendabikkan dada diantara sekawanan lama, telah memikili aku. Argh...aku rasa 'tak berguna. Aku hanya bisa menatap tanpa berbuat. 'Tak inhin kubuat nida kalbumu. Sunggingan senyummu gambaran asilum kecilku. Kau telan sendiri semua ihwal hidup yang kejam menghantam tanpa kenal sangkala. Tegarnya hati mengalahkan setiap jengkal nestapa. Tanpamu, apalah daya. Aku papa. Kaulah penguat rasa. 'Tak sedikit pun kau tunjukkan duka. Tekadmu meluluh lantakkan segala aral yang menghadang. Hanya satu yang menjadi rindumu. Melihatkau di atas titik atas batas mampuku. Tanamkan kasih, kuatkan hati menerjang aral menghadang lantang. Kini aku rindu pelukmu, andaikan waktu kan terulang akan kutarik ucap lantip menggores sanubari. Menggelayut mesra di pangkuanmu. Kubasuh tangan kekarmu, sebagai tanda sayangku. Kutatap lekat setiap kerutan. Kaki terseok setiap jengkal langkahmu. Mata berbinar penuh asa. Kini lihatlah aku, seperti yang kau mau. Tegak menatap, memberikan uluran berpengharapan. Ampuni aku jika berlaku cua. Tanpamu aku bukan apa-apa. Solo, 27 Februari 2017

Sebuah Ungkapan Rasa

Sangkar maduku Setitik noktah berjuta kenikmatan Denganmu kutelanjangkan Segenap mantik, nurani dan sukma kupersembahkan Pejantan tangguhku Padamu kuberikan raga lemah penuh kemolekan Kujernihkan hatimu dengan sentuhan Limpahan sayang tak berkesudahan Tempat menitipkan sebagian ruh Bersama menikmati pahit getirnya fana Tak ada yang sanggup menjadi pengimbangmu Bagiku, kamulah kesempurnaan Denganmu kumampu menggenggam dunia Lukisan rasa syarat makna Merasuk dalam hingga ke sukma Kaulah cinta, masih ada asa bersama di alam baka Solo, 25 Februari 2017

10 Rekomendasi Kampus S2 Bisnis Terbaik di Australia

  Unspalsh : Fabian Mardi Australia merupakan salah satu negara yang perekonomiannya berkembang dengan pesat. Begitu pula dengan pendidikann...